Solopos.com, BOYOLALI – Kampung Lele merupakan julukan untuk sebuah dukuh di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit. Dukuh tersebut bernama Mangkubumen. Dinamakan Kampung Lele karena mayoritas penduduk setempat merupakan pembudidaya ikan lele. Pada mulanya sekitar 1993, seorang petani setempat bernama, Sriyono, 49, membuat kolam ikan lele di rumahnya.
Apa yang dilakukan Sriyono juga dilakukan oleh tiga warga lainnya yakni Haryoko, Daryadi, dan Alif yang membuat ikan lele di lahan persawahan.
Dalam perjalananya, Sriyono tidak melanjutkan budidaya ikan lelenya dan memilih pergi merantau ke luar daerah. Sementara tiga orang temannya tetap melanjutkan budidaya ikan lele. Dari waktu ke waktu, ternyata usaha budidaya ikan lele milik Haryoko, Daryadi, dan Alif berkembang pesat.
Daryadi misalnya, dari awal dia hanya menebarkan 250 benih. Karena prospeknya bagus, akhirnya Daryadi menambah benih menjadi 2.500 ekor, kemudian naik lagi 5.000 ekor hingga 10.000 ekor setiap kali menebar.
Keberhasilan tiga orang itu akhirnya ditiru oleh warga lain termasuk Sriyono, yang tiga tahun kemudian kembali ke kampung halamannya dan melihat keberhasilan ketiga orang tersebut.
“Akhirnya satu persatu warga beralih dari bercocok tanam menjadi budidaya ikan. Saya waktu itu juga kaget karena sudah banyak yang ternak lele, akhirnya saya juga bikin,” kata dia saat ditemuiSolopos.com di dekat kolam ikannya, Kamis (19/3/2015).
Perjalanan warga Kampung Lele bukan tanpa hambatan, pada awal-awal merintis, mereka kesulitan memasarkan ikan lele. Menurut Sriyono, para petani akhirnya menitipkan ikan-ikannya ke pembudidaya ikan di Desa Janti, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Seiring berjalannya waktu, akhirnya para pembeli tahu bahwa lele lele yang ada di Janti berasal dari Dukuh Mangkubumen.
“Setelah tahu, akhirnya pembeli berbondong-bondong datang ke sini [Mangkubumen]. Mereka beli langsung dari para petani,” kata dia.
Kabar adanya kampung pembudidaya lele di Boyolali akhirnya menyebar luas. Hingga pada Juli 2006 Gubernur Jawa Tengah saat itu, Mardiyanto, datang ke Mangkubumen untuk mengukuhkan kampung tersebut sebagai pusat budidaya lele.
Presiden SBY
Tak hanya itu, pada Februari 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, juga datang untuk mengukuhkan kampung tersebut sebagai kampung lele. “Jadi sekarang kampung ini lebih dikenal sebagai Kampung Lele bukan Mangkubumen,” ujar dia.
Sementara itu, menurut salah satu pengurus kelompok tani setempat, Sugiyatno, saat ini jumlah ikan lele yang dikirim ke luar daerah bisa mencapai lebih dari 12 ton per hari.
“Biasanya dikirim ke Jogja 10 ton, Magelang 1 ton dan Salatiga 1 ton, selain iti juga ke daerah lain seperti Semarang, Jakarta, Solo, dan daerah lainnya,” kata dia. Dia menambahkan saat ini di kampung lele ada 7.650 kolam ikan.
Tidak hanya itu, hasil panen ikan lele juga diolah oleh warga menjadi makanan olahan seperti abon lele, kripik daging lele, kripik sirip lele dan sebagainya. Penjualan makanan olahan ikan lele juga sudah merambah ke luar daerah seperti Semarang, Kalimantan, Batam, dan daerah lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar