Solopos.com, BOYOLALI — Warga 42 desa di enam kecamatan wilayah Kabupaten Boyolali mengalami kekurangan air pada musim kemarau ini.
Berdasarkan data yang diterima solopos.com, wilayah kekeringan meliputi Musuk ada 15 desa, Karanggede ada empat desa, Wonosegoro sebelas desa, Juwangi lima desa, Andong satu desa, dan Kemusu enam desa.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Nur Khamdani, puncak kekeringan biasanya terjadi Agustus-September tetapi ada perkiraan musim kemarau tahun ini akan lebih panjang sampai Desember.
“Enam kecamatan dengan 42 desa itu berdasarkan laporan dari camat-camat. Kami sudah koordinasi dengan enam camat tersebut terkait langkah yang akan dilakukan saat puncak kemarau nanti,” kata Nur, saat ditemui solopos.com, di ruang kerjanya, Jumat (24/7/2015).
Beberapa upaya yang disiapkan BPBD Boyolali untuk mengatasi masalah kekurangan air bersih di wilayah kering. Salah satunya mengajukan anggaran untuk bencana kekeringan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui BPBD Provinsi.
“Usulan anggaran bencana yang kami minta senilai Rp200 juta,” kata dia.
Camat Musuk, Totok Eko Y.P., membenarkan saat ini sudah ada beberapa desa di Musuk yang mengajukan bantuan air bersih ke Pemkab Boyolali, yakni Desa Cluntang, Ringin Larik, Mriyan, Sangup, Lanjaran, Sumur, Jemowo, Dragan, dan Lampar.
Sebelumnya, dua desa di Wonosegoro yakni Karangjati dan Bengle juga sudah mendapat dropping air dari Bakorwil Jateng II Surakarta.
0 komentar:
Posting Komentar